Senin, 18 Oktober 2010

REVOLUSI CARA BELAJAR DI ABAD GLOBAL

Oleh Marsudi, Eva trifiani, kelas C


BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
Konsep revolusi cara belajar didasarkan pada fungsi dan struktur otak manusia. Sebagaimana kita ketahui manusia dianugrahi otak yang terdiri dari belahan kiri dan kanan atau disebut otak kiri dan kanan. Ternyata kedua otak tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Otak kanan memiliki sifat long term memory atau mampu mengingat dalam jangka waktu yang lebih lama. Kegiatan otak kanan lebih pada pengolahan informasi yang berupa irama, musik, imajinasi, emosi, warna, gambar dan diagram. Sedangkan otak kiri yang tergolong short term memory atau mengingat dalam jangka waktu yang lebih pendek. Otak kiri berkaitan dengan kemampuan verbal, matematis, analitis, sistematis dan bersifat logis. Aktifitas yang dapat direspon secara baik oleh otak kiri diantaranya adalah membaca, menulis dan berhitung. Sebagai contoh yang membuktikan bahwa daya ingat otak kanan lebih panjang dari otak kiri adalah saat guru bertemu dengan muridnya. Guru akan lebih dulu mengenal wajahn muridnya dibandingkan dengan namanya. Di dalam bukunya yang berjudul Revolusi Belajar untuk Anak, Bob samples (2002) melontarkan gagasan menakjubkan tentang : (1) Fungsi otak-pikiran sebagai sistem terbuka; (2) Modalitas, kecerdasan, gaya, dan kreatifitas dalam belajar, serta cara-cara mengembangkannya: (3) Pemanfaatan musik, suara, relaksasi, gambar, humor, dan mimpi untuk membangun suasana bermain dan belajar secara efektif serta mengasyikkan dengan anak-anak, tanpa mengurangi hakikat pembelajaran; (4) Aktivitas, kiat, dan saran yang mudah dilakukan untuk mengembangkan kemampuan belajar dan mengakses informasi melalui seluruh modalitas belajar yang kita miliki.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi (Bell-Gredler, 1986). Dengan belajar, manusia akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan lebih dihargai oleh orang lain.

1.2           Rumusan Masalah
1. Apakah revolusi cara belajar itu ?
2. Apa gagasan revolusi cara belajar?
3. Apa prinsip utama revolusi cara belajar?
      4. Apa saja contoh kesuksesan revolusi cara belajar?                                                                  

1.3           Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat revolusi cara belajar.
2. Untuk mengetahui gagasan revolusi cara belajar
3. Untuk mengetahui prinsip utama revolusi cara belajar
4. Untuk mengetahui contoh kesuksesan revolusi cara belajar?


BAB II
PEMBAHASAN

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap ‘cepat’ karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan) yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi cara belajar adalah perubahan sistem pembelajaran yang berlangsung secara bertahap dari masa ke masa. Perubahan ini menghendaki adanya pembangunan dari sistem yang lama ke sistem yang baru (pembaharuan sistem) yang bertujuan untuk memajukan kualitas pendidikan.
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya, yaitu pengalaman.  (Shelfie Tjong, S.Psi). Belajar merupakan tugas pokok yang harus senantiasa dilakukan oleh siswa tidak hanya dalam kegiatan formal seperti di sekolah, tetapi juga harus dilakukan di rumah. Saat di sekolah, gurulah yang bertanggung jawab mengajarkan semua materi pelajaran sesuai kurikulum kepada anak, saat anak di rumah orang tua berkewajiban menemani anak belajar dan membantunya bila menemui kesulitan dalam belajar.Namun seringkali Orang tua menemui kesulitan dalam merangsang sang buah hati giat belajar, apalagi jika sang buah hati sudah mempunyai hobi atau kegemaran lain selain belajar. Cara belajar merupakan hasil dari kombinasi bagaimana kita akan menyerap, lalu mengatur dan mengolah informasi. Isyarat verbal dapat membantu dalam menentukan modalitas belajar. Maka dari itu kita harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik-karakteristik pada masing-masing isyarat verbal tersebut. Apakah kita termasuk orang visual, auditorial atau kinestik. Setelah kita mengetahui gaya belajar maka kita bisa mengetahui cara bagaimana kita menolah informasi.
Manusia dalam hidup selalu melakukan kegiatan belajar. Manusia belajar sejak lahir dan dilakukan secara terus-menerus selama merasa itu hidup, karena manusia disamping sebagai makhluk biologis manusia juga merupakan makhluk sosial dan budaya yang selalu berusaha berkembang kearah lebih baik. Belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula keberhasilan yang akan dicapai.[1]
Belajar menurut Effendi secara singkat diartikan sebagai suatu proses perubahan keseluruhan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik, yang terjadi antara integral. Seseorang siswa yanng telah melakukan kegiatan belajar mengalami perubahan dalam hal ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis, (budi pekerti), sikap. Perubahan-perubahan ini diperoleh siswa melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya.[2] Tidak berbeda dengan kegiatan lainnya, kegiatan belajar ini juga mempunyai tujuan. Adapun tujuan belajar menurut Winama Surakhmad adalah : (1). Pengumpulan pengetahuan, (2). Penamaan konsep dan kecekatan, serta (3). Bentuk sikap dan perbuatan. Dari tujuan di atas tampak dalam belajar tidak hanya mengembangkan aspsek kognitif saja tapi aspek-aspek lain juga, seperti efektif dan psikomotorik.[3]
Abad 21 merupakan abad informasi dan komunikasi, yang ditandai dengan perkembangan pesat pada teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi berupa televisi, telepon, komputer, dan internet mengalami perkembangan yang luar biasa.Lewat perkembangan teknologi komputer, internet, dan telepon, dunia pun seakan-akan berada dalam genggaman kita. Informasi yang ada dibelahan bumi lain, secepat kilat akan sampai dibelahan bumi lainnya lewat short message system (SMS) atau berita di internet. Tidak ada lagi informasi yang dapat disembunyikan dengan perkembangan pemantauan satelit yang bisa diakses lewat google earth dan google map. Sekolah sebagai institusi pencetak generasi yang hidup dimasa mendatang harus mempunyai keperdulian terhadap perkembangan yang terjadi. Jika tidak, maka anak-anak yang kita didik akan tertinggal dengan perkembangan zaman. Karena perkembangan informasi dan komunikasi ini tidak mempunyai toleransi, pilihannya hanya dua, yaitu mampu beradaptasi dan mengadopsi atau tertinggal ke belakang.Guru pada abad ini dan abad selanjutnya ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada abad ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, atau yang lebih dikenal dengan ICT (information comunication technology).Dengan mempelajari perkembangan revolusi dari masa ke masa, diharapkan kita sebagai calon pengajar nantinya akan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk pendidikan, terutamanya pendidikan jasmani.
2.2 Gagasan Revolusi Cara Belajar
Gagasan Revolusi Cara Belajar yaitu teknik penyelesaian masalah dengan mencatat gagasan-gagasan yang berkembang. Ini didasarkan bahwa untuk mendapatkan ide-ide besar harus dapat memiliki banyak ide agar dapat memilihnya. Ini serupa dengan teori fotografi. Contohnya: Jika anda menghabiskan satu roll film anda mungkin mendapatkan sepasang foto tidak tahu mana yang bagus dan yang tidak. Itulah sebabnya anda harus banyak menjepret. Ketika berfikir tentang curah gagasan bisa dibayangkan juga seperti ruang konferensi dimana orang duduk mengitari meja dan menuangkan gagasan kepada fasilitator untuk dicatat. Diawali dari kertas kosong pastikan masalah anda terdefinisikan dengan baik. Kemudian tulis kata kunci ditengah kertas dan lingkari. Lalu biarkan gagasan mengalir. Setiap ada gagasan catat dan lingkari hubungan dengan subyek ditengah atau dengan pikiran utamanya. Buat sebanyak mungkin. Ketika anda berfikir telah mendaftar setiap hal yang dapat anda pikirkan paksa diri anda untuk menambah lima gagasan lagi. Ini merupakan latihan yang baik dengan membantu anda memikirkan solusi yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain sebelumnya.
Memandang masa depan adalah salah satu manfaat terpenting kreatifitas. Yang tersedia sekarang adalah bahan mentah untuk masa depan memproyeksikan apa yang akan terjadi, meramalkan variabel-variavel apa yang akan membangun masa depan adalah latihan utama pemikiran kreatif. Ada learning forum, para pemimpin mengadakan pertemuan dengan tema” curah gagasan untuk masa depan”. Semua harus menerima semua pemikiran sebagai realitas potensial. Beberapa skenario tampak masuk akal sehingga learning forum harus mengubah rencana strategis sepuluh tahun yang akan datang. Sedangkan gagasan yang lain terlalu jauh hubungannya sehingga membuat semua peserta diklat didik tertawa.Walaupun demikian harus disadari gagasan yang aneh pun bisa menjadi revolusi yang bisa merubah masa depan secara signifikan.Pembelajaran juga membelajarkan siswa menggunakan asa pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru selaku pendidik. Bahan pelajaran dalam proses pembelajaran hanya merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru, antara belajar dan mengajar dengan pendidikan adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Proses pembelajaran adalah aspek yang terintegrasi dari proses pendidikan.
Hal yang paling berharga dalam belajar adalah bagaimana cara belajar, dengan alasan inilah maka sekolah harus bisa menciptakan :
  1. Suasana aman dan nyaman
  2. Siswa mempunyai kepercayaan dengan instruktur
  3. Tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang
Cara belajar sebagai  karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.       
Model pendekatan Quantum learning ini menggabungkan sugestology, teknik percepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori-teori pembelajaran. Model ini dapat digunakan pada semua pelajaran, lingkungan dan sumber belajar model ini mempertimbangkan dengan cermat lingkungan positif, aman, mendukung, santai dan menggembirakan. Perkembangan zaman dan teknologi, khususnya dalam pembelajaran telah mengubah peran guru dan siswa.
Peran guru telah berubah dari :
1)      Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan dan mitra belajar.
2)      Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu :
1)      Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran.
2)      Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan berbagai pengetahuan.
3)      Dari pembelajaran sebagai aktifitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

2.3 Prinsip Utama Revolusi Cara Belajar
Cara belajar siswa aktif sebagai prinsip dalam penciptaan sistem pembelajaran hahekat penerapannya tidak lain bertolak dari hakekat belajar itu sendiri. Berbagai kajian tentang belajar menyatakan bahwa, pada dasarnya belajar terwujud sebagai proses aktif dari sipelajar. John Dewey (1916 dalam Davies, 1987: 31) menyatakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri. Maka inisiatif harus datang dari murid-murid sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, sementara yang harus mengemudikan kegiatan belajar adalah murid yang belajar. Belajar merupakan aktivitas mental-intelektual yang bersifat internal. Aktivitas belajar aktualisasinya adalah proses beroperasinya mental-intelektual anak. Untuk menandai hal itu, Indikatornya dapat di lacak dari hasil perubahan perilaku anak yang belajar yang berupa kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan menilai. Selain itu, perubahan perilaku itu, juga diwujudkan anak berupa kemampuan-kemampuan afektif seperti penghayatan sikap, motivasi, kesediaan anak, penghargaan terhadap sesuatu dan sejenisnya. Di samping juga , perubahan perilaku anak tersebut termanifestasikan dalam wujud perubahan keterampilan fisik anak yang berupa kemampuan mengkordinasikan sistem otot-ototnya untuk melakukan gerakan-gerakan keterampilan tertentu.
Perbedaan individual setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan) nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya.
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah: Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
•Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan.
•Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dan yang lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya.
•Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri
•Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah dalam topik diskusi.Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikitpun. Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan. Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Selain karakteristik/keunikan kelas, guru harus menghadapi 30 siswa yang berbeda karakteristiknya satu dengan lainnya. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa kata “pendidik” dalam perspektif pendidikan yang selama ini berkembang di masyarakat memiliki makana yang lebih luas, dengan tugas, peran, dan tanggung jawabnya adalah mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensinya kearah yang lebih sempurna.[4] 

2.4 Contoh Kesuksesan Revolusi Cara Belajar
Belajar kepada orang yang sudah terbukti berhasil adalah cara tercepat dalam meraih sukses revolusi cara belajar, sebab kita tidak perlu melakukan coba-coba. Kita tidak perlu melakukan berbagai kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, karena kita sudah mengetahuinya sejak awal. Anthony Robbins mengatakan, “seandainya saya secara persis menduplikasikan tindakan-tindakan sesama, saya bisa memproduksi kualitas hasil-hasil yang sama dengan mereka. Saya percaya bahwa seandainya saya menabur, saya juga akan menuai.” Jadi, untuk sukses itu mudah, yaitu mencontoh orang yang sudah sukses. Lalu bagaimana cara mencontoh orang yang sudah sukses? Bukankah banyak orang yang mencoba mencontoh orang sukses tetapi tetap saja masih gagal? Sebab mencontohnya belumlah sempurna. Kita belum mencontoh “persis” seperti orang yang kita contoh. Seringkali, kita hanya mencontoh secara parsial. Biasanya kita hanya mencontoh tindakan apa saja yang perlu kita tiru dari orang sukses. Namun yang seringkali tidak kita perhatikan ialah “tindakan yang seperti apa?” Kita sudah melakukan tindakan seperti yang dilakukan oleh orang sukses, tetapi mungkin saja kita tidak benar-benar menyamai kualitas tindakan orang yang kita contoh.
Ada tiga hal yang mendasar yang harus kita duplikasi jika kita benar-benar ingin menduplikasi hasilnya. Ketiga hal tersebut ialah sistem kepercayaan, sintaks mental, dan fisiologi. Kebanyakan kita mungkin sama melakukan strategi dan taktik seperti yang dilakukan oleh contoh kita, namun apakah kita juga melakukan strategi dan taktik dengan diiringi sistem kepercayaan yang sama dengan contoh kita. Jika kita melakukan apa yang dilakukan orang sukses dengan kesamaan sistem kepercayaan, sintak sukses, dan fisiologi, maka Anthony Robbins mengatakan bahwa kita boleh dikatakan dijamin sukses. Jadi, jika Anda ingin dijamin sukses, contohlah seseorang, lakukan persis seperti yang dilakukan orang tersebut, dan Anda akan sukses.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk dapat mencapai suatu prestasi dengan baik, diperlukan usaha yang sangat luar biasa. Kita nantinya selaku pelatih ataupun pengajar, hendaknya mampu menerapkan semua ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tujuan peningkatan prestasi, utamanya atlet. Selain memaksimalkan fisik, kita juga tidak boleh lupa memaksimalkan dari segi mental. Fisik yang kuat tanpa mental yang sehat adalah percuma, sedangkan mental yang sehat tanpa ditunjang oleh fisik yang kuat adalah sia-sia.
Cara belajar sebagai  karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap.[5] Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu membawa peserta didiknya menjadi lebih baik. 
Gagasan Revolusi Cara Belajar yaitu teknik penyelesaian masalah dengan mencatat gagasan-gagasan yang berkembang. Ini didasarkan bahwa untuk mendapatkan ide-ide besar harus dapat memiliki banyak ide agar dapat memilihnya. Ini serupa dengan teori fotografi. Contohnya: Jika anda menghabiskan satu roll film anda mungkin mendapatkan sepasang foto tidak tahu mana yang bagus dan yang tidak.
       Ada tiga hal yang mendasar yang harus kita duplikasi jika kita benar-benar ingin menduplikasi hasilnya. Ketiga hal tersebut ialah sistem kepercayaan, sintaks mental, dan fisiologi. Kebanyakan kita mungkin sama melakukan strategi dan taktik seperti yang dilakukan oleh contoh kita, namun apakah kita juga melakukan strategi dan taktik dengan diringi sistem kepercayaan yang sama dengan contoh kita. Jika kita melakukan apa yang dilakukan orang sukses dengan kesamaan sistem kepercayaan, sintak sukses, dan fisiologi, maka Anthony Robbins mengatakan bahwa kita boleh dikatakan dijamin sukses. Jadi, jika Anda ingin dijamin sukses, contohlah seseorang, lakukan persis seperti yang dilakukan orang tersebut, dan Anda akan sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Yasin, Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Jogjakarta: Ircisod


Tidak ada komentar:

Posting Komentar