Senin, 18 Oktober 2010

Teori Belajar dan Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Manusia lahir sangat lemah bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Binatang setelah lahir dapat bergerak dan mencari makan sendiri. Sedangkan manusia tidak. Tetapi manusia sejak lahir mempunyai potensi/fitrah. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki tersebut manusia perlu proses pendidikan dan pengajaran.
 Manusia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia juga selalu belajar, menyesaikan diri dengan dunia luar. Berbagai macam cara ia gunakan dalam kegiatan belajar
Namun pada dasarnya belajar merupakan suatu proses mental yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk perilaku. Belajar bukan hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan (intelektual, sosial, fisik-motorik), dan pengembangan segi-segi afektif yaitu sikap, minat, motivasi, nilai-nilai moral dan keagamaan (Sukmadinta, 2004: 251).
Mencermati pendapat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa belajar bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa dalam bentuk hafalan saja, melainkan seluruh potensi pada diri siswa harus dikembangkan, yaitu afektifnya, juga psikomotornya, sehingga diharapkan melalui belajar ini anak/siswa akan menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan harapan tujuan pendidikan nasional.
            Belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, dan intelegensi. Sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruha adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yang menciptakan lingkungan, yakni guru dan orang tua.[1]



2.1 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian belajar ?
2.      Bagaimana hakikat manusia dan kebutuhan belajar ?
3.      Apa prinsip-prinsip belajar ?
4.      Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?

3.1 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian belajar
2.      Untuk mengetahui hakekat manusia dan kebutuhan belajar
3.      Untuk mengethui prinsip-prinsip belajar
4.      untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar
            Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau padanya terjadi perubahan tertentu, misalnya dari tidak dapat naik motor menjadi dapat naik motor, dari tidak dapat menggunakan kalkulator menjadi mahir menggunakannya, dari tidak mampu berbahasa Inggris menjadi mahir berbahasa Inggris, dari tidak tahu sopan santun menjadi seorang yang sangat santun, dan sebagainya. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar.
Beberapa perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi terutama bukan karena belajar, misalnya bayi yang tadinya tidak dapat tengkurap lalu dapat tengkurap, anak yang tadinya tidak dapat duduk lalu dapat duduk. Perubahan-perubahan terserbut terjadi karena kematangan. Di samping itu, masih ada satu jenis perubahan lagi yang tidak dapat digologkan sebagai perubahan yang terjadi karena belajar. Yang dimaksud di sini adalah perubahan yang terdapat pada seseorang itu sangat singkat, dan kemudian segera hilang lagi. Misalnya, seseorang dapat memperbaiki pesawat radio atau dapat memecahkan suatu soal. Tetapi ketika harus mengerjakan hal-hal itu sekali lagi tidak dapat. Orang tersebut sebenarnya tidak belum belajar hal-hal yang berhubungan dengan perkataan lain dengan kecakapan memperbaiki pesawat radio atau kemampuan memecahkan soal belum terdapat pada orang tersebut.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti ”berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar  adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.[2]
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trought experience of study. 2) to fix in the mind oe memory, memorize. 3) to acquire trough experience. 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki  pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar  adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Secara terminologi banyak pengertian menurut para ahli. Pertama, menurut Cronbach “Learning is shown by change in behavior as result of experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman tersebut pelajar menggunakan seluruh panca inderanya. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spears, yang menyatakan bahwa “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to followdirection”.
Kedua Morgan dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa belajar dalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan-kawan ini senada dengan apa yang dikemukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Seperti halnya para ahli yang menekankan pengalaman dan latihan sebagai mediasi bagi kegiatan belajar, Woolfolk juga menyatakan bahwa “learning occurs when experience causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge or behavior”. Di sengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja kearah yang lebih baik atau malah sebaliknya, kearah yang salah. Yang jelas, kualitas belajar seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperolehnya saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena itu, kadang belajar itu menghasilkan perubahan yang sederhana, tetapi juga kadang menghasilkan perubahan yang kompleks.
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui ciri-ciri belajar adalah:[3]
a.         Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. Contoh: belajar menabung
b.        Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behaviour). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar
c.         Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar
d.        Belajar adalah proses interaksi
e.         Belajar berlangsung dari yang paling sederhana hingga yang kompleks
2.2 Hakekat Manusia dan Kebutuhan Belajar
            Manusia adalah makhluk yang penciptaannya melalui sebuah proses, sampai menuju kesempurna dan menjadi makhluk monodualistik. artinya, makhluk individu yang terdiri dari dua hal yakni materi dan immateri, atau jasmani dan ruhani, yang kemudian lahir dan berkembang melalui sebuah proses.[4]
            Manusia sejak lahir telah membawa fitrah/potensi baik, yang tercermin dalam beragama Islam. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim menjelaskan:
“Tiap manusia dilahirkan membawa fitrah (potensi), kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”
Hadist tersebut mengandung makna bahwa, manusia lahir didunia ini membawa fitrah, atau dalam bahasa pendidikan sering disebut potensi atau kemampuan dasar, atau dalam istilah psikologi disebut pembawaan (hereditas). Fitrah itu akan berkembang tergantung dari bagaimana lingkungan itu mempengaruhi. Lingkungan itu dapat mempengaruhi perkembangan manusia baik jasmani maupun rohani. Lingkungan manusia yang paling awal dan utama dalam membentuk dan memengaruhi perkembangan manusia sejak lahir adalah lingkungan keluarga. Anak manusia akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang memiliki sifat dan karakter seperti kaum Yahudi, Nasrani atau Majusi, sangat tergantung dari didikan dalam keluarga terutama yang diberikan oleh kedua orang tua.
            Hakikat manusia juga terletak pada fungsi eksistensialnya dalam hidup ini. Seberapa jauh manusia itu dapat berbuat dalam hidup ini, baik berbuat untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain (bermasyarakat). Sebagaimana dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa:
“Sebaik-baik manusia adalah yang mau berbuat untuk dirinya dan berguna bagi orang lain.”
Agar manusia mengetahui dan memiliki pemahaman akan eksistensi dirinya maka manusia tersebut perlu dididik sehingga berkembang sesuai dengan fitrahnya. Dan pendidikan bagi manusia adalah melibatkan semua unsur dalam kehidupannya, baik unsur dalam dirinya sendiri yang sudah membawa potensi juga melibatkan unsur lain diluar dirinya, yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya.
            Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.
            Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja. Baik mereka yang sedang belajar ditingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi, maupun mereka yang sedang mengikuti kursus, pelatihan, dan kegiatan pendidikan lainnya. Tapi lebih dari itu, pegertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja.
            Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2.3 Prinsip-prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan belajar mengajar seorang guru perlu memerhatikan beberapa prinsip belajar berikut:[5]
a.       Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif
b.      Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
c.       Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguat langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar
d.      Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti
e.       Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya
2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar
Secara umum Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua katagori, yaitu internal dan faktor esternal.
a.       Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor –faktor internal ini meliputi faktor fisiologi dan psikologi.[6]
1)      Faktor fisiologi
Faktor –factor  fisiologi adalah faktor –faktor  yang berhubungan dengan fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseoang.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,terutama pancaindra.
2)   Faktor psikologi
Faktor-faktor psikologi adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologi yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat, antara lain:
1.      Kecerdasan/ inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartrikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Tetapi organ yang paling penting adalah otak dibandingkan organ yang lain.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligansi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligansi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.
2.      Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, Mendorong, membersihkan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,1994).
       Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik  dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberi dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya.
       Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.
3.        Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
Kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya , minat sama halnya dengan kecerdasan dan motifasi, karena memberi pengaruh terhadap aktifitas belajar.
Minat tidak di bawa sejak lahir namun di peroleh kemudian.[7]
4.        Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah,2003).
5.      Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorangsiswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
b.      Faktor-faktor eksogen/eksternal
    Selain karaktistik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah(2003)menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor  lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial[8]
a.   Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.   Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa yang kumuh, banyak penganguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika  memerlakukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum memilikinya.
c. Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolah keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitras belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adikyang harmonis akan membantu siswa melalukan aktivitas belajar dengan baik.
2. Lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:[9]
a.     Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang sangar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memegaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b.      Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,silabi, dan lain sebagainya.
c.      Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode pengajaran guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa


BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
     Setiap manusia memerlukan kegiatan belajar mengajar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:
a.    Faktor internal
Faktor internal terdiri dari:
1.      Faktor fisiologi
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam
·         keadaan tonus jasmani
·         fungsi jasmani/fisiologis
2.      Faktor psikologi
·         Kecerdasan/ inteligensi siswa
·         Motivasi
·         Minat
·         Sikap
·         Bakat
b.    Faktor Eksternal
1.      Lingkungan social
Yang termasuk lingkungan sosial antara lain:
·         Lingkungan sosial sekolah,
·         Lingkungan sosial masyarakat
·         Lingkungan sosial keluarga


2.      Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah
·         Lingkungan alamiah
·         Faktor instrumental
·         Faktor materi pelajaran


























DAFTAR PUSTAKA

Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Baharudin  dan Wahyuni, Nur, Esa, Teori Belajar dan Pembelajaran. 2007. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. CV Sinar Baru. Bandung
Yasin, Fatah.2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan. Malang. UIN-Malang Press





















[1] Oemar Hamanik, Psikologi Belajar dan mengajar, CV. Sinar Baru: 1992, halm 45
[2] Baharudin dan Esa Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media,2007, hlm13
[3] Ibid 2 hlm 15
[4] Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan,UIN-Malang Press:2008, hlm 61
[5] Ibid 4 hlm 16
[6] Ibid 5 hlm19
[7] Djaali, Psikologi Pendidikan,Bumi Aksara:2007, hlm 121
[8] Ibid 6 hlm26
[9] Ibid 6 hlm27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar